Entri Populer

Selasa, 08 April 2014

Surat Cinta untuk Bunda


Bunda..
Apa kabar? Semoga bunda selalu dalam keadaan sehat. Nanda selalu dalam keadaan sehat di sini walau nanda sangat rindu dengan bunda.
Bunda sehari yang lalu nanda melihat foto bunda berbingkai emas. Di foto itu bunda menggendong nanda yang masih kecil. Bunda tampak bahagia menggendong nanda. Tak sedikit pun bunda menunjukkan lelah di hadapan nanda. Wajah bunda begitu bahagia memiliki seorang nanda yang nakal. Melihat foto itu nanda menjadi sangat rindu pada bunda, sudah lama kita tak melakukan percakapan di sore hari mengenai ayah yang selalu kelelahan, membicarakan adik-adik yang bertambah pandai membohongi bunda, berbicara tentang cinta remaja yang aku alami.
Bunda, melalui Surat ini aku ingin berbicara pada bunda. Ini masalah kehidupanku di sini. Hidup di sini selalu aku rasa sangat berat, sulit! Hidup dirantauan tak seperti ketika dulu aku tinggal bersama bunda dan ayah. Tak ada yang bisa aku ajak berbicara tentang kisah-kisah kecil di pagi hari, tak ada yang mau mendengar ketika aku ingin memakan kue enak yang di beli depan sekolah. Pada dasarnya hanya bunda yang mau mendengar. Di sini, aku tak menemukan kasih seperti yang bunda beri padaku.
Bunda, jikalau sempat, kirimkan lah aku makanan kesukaan yang sering bunda hidangkan ketika ayah baru mendapat gaji, ayam kecap dan tempe manis kesukaanku, jangan lupa teramcam juga. Sejak bunda tak ada, aku tak pernah makan makanan itu. Sedikitpun aku tak pernah mencicipinya. Aku lupa kapan terakhir memakannya, mungkin 2 atau 3 tahun yang lalu. Tapi aku masih ingat betapa nikmatinya masalah bunda saat itu. Tak ada yang menandinginya, Bunda. Aku rindu dan akan selalu rindu masakan itu. Di sini segala makanan yang aku makan seperti duri yang menusuk tenggorokan. Tak ada cinta dan tak ada sayang. Tak sama seperti yang bunda buatkan hari kemarin. 
Bunda, jikalau sempat, kirimkan aku juga bahan sulaman yang pernah bunda ajarkan padaku. Sejak 3 tahun yang lalu aku belum pernah lagi menyulam. Aku masih ingat ketika dulu bunda mengatakan bahwa kristik di ruang tamu adalah buatan bunda. Dua bayi mungil yang ada di dalam telur itu adalah aku dan adikku yang gemuk. Aku rindu melakukan hal-hal itu bersama bunda. Kapankah kita akan melakukan itu, Bunda? Besok? Lusa? Atau mungkin ketika kita sudah berjumpa di sebuah taman bunga yang telah di janjikan Tuhan untuk kita.
Bunda, jikalau sempat, balaslah suratku ini. Tak usah mengirim lewat pos, tak usah lewat email. Cukup lewat langit malam yang penuh taburan bintang. Karena langitlah yang menyatukan kasih sayang ibu pada anaknya dan juga anak pada ibunya.

Salam sayang dari Bandung ♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar