(seorang wanita duduk
bersimpuh sambil memandangi sebuah foto berbingkai emas. Ia adalah anak dari
orang yang terlukis indah di dalamnya. Wajahnya penuh tanda tanya. Kalut akan
masalahnya.)
WANITA
Dia ayah saya. Yang
berjuang selama ini membesarkan saya dan saudara laki-laki saya seorang diri.
Dia ayah saya. Dia yang selama ini mencintai anak-anaknya dengan tulus hati dan
tanpa pamrih.
(kembali merenung)
Tapi, saya merasa, saya
bukan anak yang baik bagi ayah saya. (diam)
(di belakangnya muncul
suara ayahnya mengucapkan sesuatu)
AYAH
Saya hanya salah satu
dari kalian menikah, untuk melanjutkan keturunan dan memenuhi keinginan saya
sebelum saya mati.
WANITA
Itulah keinginan ayah
saya, itu keinginannya. Saya belum sanggup memenuhinya.
AYAH
Tapi usiamu sudah layak
untuk menikah anakku. Usia yang matang.
WANITA
Ayah, saya masih 18
tahun.
AYAH
Tapi wanita di jaman
kita sudah boleh menikah di usianya 16 tahun.
WANITA
Saya masih ingin
belajar.
AYAH
Kamu masih bisa belajar
saat kamu sudah menikah.
WANITA
Tapi tidak bisa seperti
ketika saya masih bujang ayah. Semua ini terlalu berat untuk saya jalani.
AYAH
Tidak anakku, kau pasti
bisa. Ayah percaya itu.
WANITA
Tidak ayah, keinginan
saya belajar masih tinggi. Saya ingin sendiri menjalani hidup saya.
Begitulah yang sering
ayahku katakan. Semua seakan menjadi beban bagiku. Ayah memang tak memaksakan,
tapi hanya meminta. Permintaan itulah yang menjadi beban, lebih-lebih usianya,
penyakitnya semakin menjadi-jadi.
***
(di dalam kamar itu ada
4 wanita yang sedang bercakap-cakap)
RATNA
Kakak, bagaimana
rasanya menikah?
SEKAR
Menikah adalah sesuatu
yang sacral dan tidak bisa dipermainkan. Pernikahan harus didasarkan hati yang
tulus dan tidak boleh dianggap remeh.
RATNA
Hm, apa harus Ratna
yang memenuhi permintaan ayah?
SEKAR
Kamu serius?
RATNA
Saya ragu.
CEMPAKA
Kalau kamu ragu tak
perlu kau jalankan.
RATNA
Saya kasian dengan ayah
kesehatannya semakin menurun. Saya hanya ingin melihat ayah bahagia sebelum….
CEMPAKA
Ratna, kamu pikir paman
akan segera mati? Hei, dia hanya sakit biasa. Dan tabib hanya bilang kalau
“sang bupati hanya lelah.”
RATNA
Dan kalian percaya?
Inilah susahnya mempunyai saudara yang selalu saja berpegang teguh pada
“seorang wanita adalah pelayan laki-laki, kerjanya hanya bersolek dan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga.”
CEMPAKA
Ratna, itu memang
kodrat seorang wanita. Kenapa kamu harus sok-sokan belajar berbagai macam ilmu
kalau toh nantinya kamu akan menjadi seorang ibu rumah tangga. Ayolah Ratna,
jaman RA Kartni belum dimulai.
SEKAR
Ratna, kita masih muda,
saya tidak mau menyia-nyiakan hidup saya yang masih muda ini untuk melayani
yang namanya laki-laki. Menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang susah.
Kamu pikir itu gampang.
MELATI
Paman juga tidak
memaksa, Ratna. Kami tahu kamu sangat menyayangi paman, begitu juga kami yang
sangat menyayangi paman. Tapi kamu juga harus memikirkan masa depanmu.
***
(Ratna duduk di samping
kolam sambil memandangi bulan yang kian menyurutkan cahayanya. Daun-daun
berguguran, seperti hatinya yang selalu rapuh memikirkan permintaan ayahnya.)
RATNA
Bulan, kenapa kau kian
menyurutkan cahayamu, kenapa kau tak pernah secerlang dulu? Hati ini semakin
merapuh, bulan. Kau mengerti betapa saya ingin mengatakan kalau saya tak ingin
memenuhi permintaan ayah, tapi ayah terlalu berharga bagi saya. Usianya telah
merapuh bersama penyakitnya.
(dari belakang
tiba-tiba muncul Adipati)
ADIPATI
Ratna, apa saya bisa
mengganggu kamu sebentar?
RATNA
Kakak. (terkejut) ada
apa?
ADIPATI
Saya ingin membicarakan
masalah permintaan ayah.
RATNA
Silahkan saja. Saya
juga sampai saat ini masih memikirkan itu.
ADIPATI
Kondisi ayah semakin
melemah. Tabib istana mengatakan kalau penyakit ayah makin tak bisa
dikendalikan.
RATNA
Sebenarnya apa yang
terjadi dengan ayah?
ADIPATI
Ayah terkena penyakit
yang tidak diketahui apa penyebabnya. Semenjak ibu meninggal, ayah semakin
rapuh. Mungkin ia tidak rela istrinya meninggal.
RATNA
Ayah sangat mencintai
ibu. (terdiam)
ADIPATI
Kita kembali ke masalah
permintaan ayah.
RATNA
Apa kakak ingin
menikah?
ADIPATI
Itu yang ingin saya
katakan padamu.
RATNA
Apa benar kakak ingin
menikah?
ADIPATI
Tidak, bukan menikah
tapi……
RATNA
Apa kakak ingin menjadi
sukla brahmancari seperti yang kakak katakana sebelumnya?
ADIPATI
(mengangguk) Ratna…
RATNA
Apa semua beban ini
harus saya yang menanggung?
ADIPATI
Kakak berharap padamu.
RATNA
Saya masih muda.
ADIPATI
Seharusnya memang saya
sebagai anak tertua yang menikah terlebih dahulu. Tapi saya tak sanggup. Dengan
siapa lagi saya harus berharap akalau tidak dengan kamu, Ratna. Kamu adalah
saudara saya satu-satunya. Andai saja Cempaka, Sekar dan Melati adalah saudara
kandung saya, pasti saya akan memintanya juga untuk memenuhi permintaan ayah.
RATNA
Saya sangat mencintai
ayah.
ADIPATI
Saya juga, Ratna.
Tapi…..
RATNA
Pada siapa lagi saya
dapat meminta.
ADIPATI
Hanya padamu saya dapat
meminta. Ratna, demi ayah. Saya tak ingin kehilangan orang yang saya cintai
untuk kedua kali. Kalaupun ayah harus pergi, tolong biarkan dia tersenyum untuk
terakhir kalinya.
RATNA
Kakak, menurut kakak
mana yang lebih penting, mewujudkan keinginan diri sendiri atau mewujudkan
keingin ayah? Semua terasa lebih penting.
ADIPATI
Apa keinginanmu?
RATNA
Kakak tahukan saya
sedang gila-gilanya dengan ilmu.
ADIPATI
Iya, lalu?
RATNA
Saya berpikir kalau
saya terus belajar, saya bisa menyembuhkan ayah.
ADIPATI
Maksud kamu apa?
RATNA
Saya akan menyembuhkan
ayah.
ADIPATI
Terlalu mustahil. Kau
seorang wanita.
RATNA
Lalu? Apa bedanya
wanita dengan laki-laki?
ADIPATI
Beda dunia. Wanita
dikodratkan mengurus rumah tangga. Dan laki-laki bekerja.
RATNA
Lalu apa hubungannya
dengan saya yang ingin menyembuhkan ayah?
ADIPATI
Tentu saja ada. Kamu
ingin menjadi tabibkan? Itu hanya untuk laki-laki. Yang ayah butuhkan hanyalah
pernikahan dari anaknya.
***
(ratna melihat ayahnya
yang sedang terbaring lesu. Ayahnya hanya mampu berkata tanpa melsayakan
gerakan-gerakan yang berarti)
RATNA
Ayah, apa ayah begitu
menginginkan saya untuk menikah?
AYAH
(mengangguk) iya, ayah
menginginkan itu.
RATNA
(terdiam) ayah…
AYAH
Ayah hanya ingin
menuntaskan kewajiban sebagai ayahmu. ayah tidak mau mati sebelum mengantarkan
anak ayah ke pelaminan.
RATNA
(terdiam)
AYAH
Apa itu terlalu berat?
RATNA
(terdiam)
AYAH
Ratna.
RATNA
Saya bukannya tidak
mampu, tapi ada suatu yang mengganjal dihati saya.
AYAH
Apa itu anakku?
RATNA
Saya ingin….
AYAH
Apa yang kamu inginkan?
RATNA
Saya hanya ingin….
AYAH
Apa yang sebenarnya
kamu inginkan?
RATNA
(diam, menarik nafas)
saya hanya ingin ayah sembuh. (tersenyum)
AYAH
(tersenyum)
***
(adipati dan Melati
sedang bercakap-cakap di dekat kolam)
ADIPATI
Saya bingung.
MELATI
Apa yang kakak
bingungkan?
ADIPATI
Ayah.
MELATI
Paman?
ADIPATI
Iya, permintaannya
begitu memberatkan kami.
MELATI
Ratna?
ADIPATI
Saya tidak ingin
memberatkan dia. Dia masih terlalu muda. Apalagi dia masih haus akan ilmu
pengetahuan. Dia begitu berpotensi, bahkan lebih berpotensi daripada saya yang
seorang laki-laki.
MELATI
Tapi wanita dikodratkan
sebagai pelayan laki-laki ibu rumah tangga. Apa tidak lebih baik dia menikah?
Saya kadang menyetujui keinginannya untuk memenuhi permintaan paman.
ADIPATI
Tapi hatinya bertolak
belakang.
MELATI
Lalu apa yang harus
kita lakukan? Apa kakak harus mengorbankan diri kakak yang seorang
suklabrahmacari? Kakak…
ADIPATI
Bukan itu maksud saya.
Saya hanya ingin semuanya berjalan dengan atas pertimbangan yang bijaksana.
Agar tidak menyakiti Ratna dan ayah menjadi sehat seperti sediakala.
MELATI
Saya kira paman hanya
butuh kepuasan batin. Penyakitnya semakin buruk mungkin karena keinginannya
belum terpenuhi. Sepengetahuan saya, seorang yang sedang sakit kondisinya akan
lebih membaik apabila keinginannya yang paling ia ingini terpenuhi.
ADIPATI
Ia hanya ingin salah
satu dari anaknya menikah. Sesuatu yang sangat tidak mungkin untuk saya penuhi.
MELATI
Lalu sekarang ketika
kakak memutuskan untuk tidak menikah, permintaan itu dilimpahkan kepada Ratna
yang terbilang sudah memenuhi syarat untuk menikah. Tapi kita juga tahu, mental
Ratna belum cukup untuk melaksanakan proses itu. Apalagi kita tahu, Ratna
adalah wanita berintelek. Tak mungkin juga kita menikahkannya pada laki-laki
sembarangan. Permasalahan ini sederhana tetapi begitu rumit untuk dipahami
keberadaannya.
ADIPATI
Saya bingung harus apa.
Semua solusi yang ditawarkan seakan menjadi racun bagi saya.
MELATI
Kakak, jangan sampai
masalah ini membuat kakak menjadi goyah.
ADIPATI
Saya tidak goyah, tapi
ini tentang ayah.
MELATI
Kakak…
***
(suasana kacau, sekar
dan cempaka gelisah)
SEKAR
Apa yang kita katakan
pada Adipati?
CEMPAKA
Saya tidak tahu apa
yang saya harus katakan.
SEKAR
Adipati pasti sangat marah
apabila tahu Ratna menghilang.
CEMPAKA
Itu bukan salah kita,
Ratna sendiri yang pergi, ini tak ada hubungannya dengan kita. Kita tidak
bersalah.
SEKAR
Kalau begitu, ia pasti
akan menyalahkan kita
CEMPAKA
Siapa dia berani
menyalahkan kita?
SEKAR
Cempaka, Ratna adalah
adik kesayangan Adipati.
CEMPAKA
Lalu apa hubungannya
dengan kita?
(mereka kembali resah
dalam ruang yang semakin panas itu.)
SEKAR
Gusti, kenapa berikan
cobaan ini?
CEMPAKA
Berhenti kau bicara!
SEKAR
Kira-kira kemana dia
pergi?
CEMPAKA
Dia tak akan pergi jauh-jauh!
Kalau dia lapar dia pasti akan pulang!
SEKAR
Kamu pikir dia adalah
anak kucing yang kalau lapar datang ke induknya? Tidak, Cempaka! Dia lari dari
rumah pasti punya alasan. Apa itu tentang permintaan paman?
CEMPAKA
Kenapa topic dirumah
ini semakin menjurus ke satu hal yang sederhana. Permintaan paman adalah
masalah yang amat klasik. Seharusnya saya yang menjadi anak paman agar paman
lekas sembuh melihat saya menikah dan mempunyai keturunan. Mereka berdua
terlalu pintar sehingga tidak menemukan solusi konkrit dalam menyembuhkan
paman.
SEKAR
Masalahnya bukan
terletak pada menikah atau tidak tapi…
CEMPAKA
Apa? Hati? Kamu salah
Sekar. Lihat dan tanya pada dirimu. Kalau kamu mau melihat ayahmu cepat sembuh
apa yang akan kau lakukan?
SEKAR
Mengabulkan….
CEMPAKA
Mengabulkan
permintaannya. Kau pikir sekarang baik-baik, seorang yang pintar terlalu takut
mengambil resiko untuk hidupnya, hidupnya terlalu terforsir untuk memikirkan
“apa resiko kalau saya melakukan itu?” sebaliknya orang bodoh, ia lebih ringan
menjalani hidup, ia praktik dulu baru tahu jawabanya, “oh, ini resiko dari apa
yang saya perbuat” sekarang semuanya cukup jelas, paman meminta anaknya menikah
dan kemungkinan kondisi paman akan segera membaik setelah itu, dan kalau kedua
anaknya orang bodoh pasti mereka akan menikah dan menemukan jawaban, “Ya,
Resiko dari saya menikah adalah ayah saya kembali pulih.” Tapi mereka apa?
Mereka cendrung menjadi orang pintar dan terlalu takut mengambil sebuah resiko
yang jelas-jelas mereka tahu itu apa.
SEKAR
Adipati?
CEMPAKA
Oke, saya tahu Adipati
adalah seorang suklabrahmacaridan saya bisa memaklumi itu, tapi Ratna? Dia
hanya gadis biasa yang takut mengambil resiko. Ya kamu tahulah dia adalah gadis
berintelek. Saking takutnya dia kabur dari rumah. Apa yang kau pikirkan dari
pemaparan saya tadi?
SEKAR
Seorang pengecut.
CEMPAKA
Benar sekali. Dia
pengecut.
SEKAR
Dia pasti hanya ingin
kebahagiaanya sendiri. Egois!
CEMPAKA
Tepat sekali! Dia
adalah orang yang egois!
SEKAR
Kalau dia mencintai
ayahnya pasti ia rela mengorbakan apa saja demi ayahnya. Dia sungguh
keterlaluan.
CEMPAKA
Ya, dia memang
keterlaluan.
SEKAR
Sekarang saya yakin,
kita tidak bersalah dalam hal ini!
CEMPAKA
Saya lebih yakin dari
kau!
SEKAR
Tapi kalau Adipati
bertanya?
(Tiba-tiba Melati
datang)
MELATI
Apa yang Adipati
tanyakan?
CEMPAKA
Tentang kepergian
seorang pengecut!
MELATI
Maksud kamu?
SEKAR
(dengan muka bingung)
Ratna hilang, dia kaburdari rumah!
MELATI
Apa?
CEMPAKA
Apa kau akan mengatakan
kau takut?
MELATI
Kemana dia pergi?
CEMPAKA
Orang seperti dia tak
usah di hiraukan!
MELATI
Kita harus mencarinya!
(melati out, sekar
juga)
CEMPAKA
Kenapa orang-orang
disini menggalaukan hal yang tidak pasti?
***
(di kamar ayah. Adipati
sedang bercakap-cakap)
AYAH
Adipati..
ADIPATI
Iya ayah.
AYAH
Apa kau pernah merasa
sangat bahagia?
ADIPATI
Tentu saja ayah
AYAH
Apa yang membuat kau
bahagia?
ADIPATI
Bisa melihat ayah
sehat. Tak lebih.
AYAH
Tadi malam ayah
bermimpi. Mimpi yang membuat ayah sangat bahagia.
ADIPATI
Apa itu ayah?
AYAH
Ayah bermimpi
menggendong seorang anak kecil.
ADIPATI
Siapa?
AYAH
Anakmu atau anak dari
ratna.
ADIPATI
(Terdiam)
AYAH
Bingung? Ayah juga
bingung. Ayah jadi ingat masa lalu. Dulu, ketika ayah masih berdiri tegak, apa
yang bayangkan dari ayah?
ADIPATI
Ayah adalah seorang
lelaki yang perkasa, seorang pemimpin yang luar biasa.
AYAH
Ayah ingin kembali
seperti dulu lagi.
ADIPATI
Ayah…
AYAH
Ayah tidak tahu apa
yang membuat ayah bisa kembali seperti dulu. Rasanya sisa waktu ayah disunia
sudah tidak banyak.
ADIPATI
(terdiam)
AYAH
Adipati,
ADIPATI
Iya ayah.
AYAH
Ayah hanya inginkan
satu lagi di dunia ini.
ADIPATI
(dengan nada yang
berat) apa itu?
AYAH
Per-ni-kah-an.
ADIPATI
Maafkan saya ayah.
AYAH
Ayah hanya ingin
memenuhi kewajiban ayah sebagai ayah. Menikahkan putra putrinya. Tapi
sepertinya, kewajiban itu tak bisa ayah jalankan. Seharusnya ayah yang minta
maaf padamu. Maafkan ayah, Nak. Gusti, kenapa kau berikan aku waktu yang sangat
singkat?
ADIPATI
Ratna pasti menikah,
tapi tidak dalam waktu yang dekat ini. Dia butuh proses.
AYAH
Kenapa tidak kau saja?
ADIPATI
Ayah lupa?
AYAH
Apa yang saya lupakan?
ADIPATI
(menunduk) saya lupa
ayah melupakan apa.
***
(di dalam hutan,
disebuah rumah, di sisi lain kehidupan)
NENEK
Suamiku, apa hidup kita
sudah bahagia?
KAKEK
Belum cukup istriku.
NENEK
Jadi kamu tidak
bahagia?
KAKEK
Sepertinya.
NENEK
Mengapa kamu tidak
bahagia? Apa aku kurang melayanimu?
KAKEK
Bukan itu istriku. Kamu
sadar selama ini kita kurang?
NENEK
Kurang? (berpikir)
sepertinya hidup kita baik-baik saja. Apanya yang kurang?
KAKEK
Kenapa setelah kita 50
tahun hidup bersama kau masih belum mengerti.
NENEK
Kau tidak kurang cinta
dariku kan?
KAKEK
Bagaimana mungkin aku
kekurangan cinta darimu. Itu mustahil. Setiap belaianmu, setiap cangkir kopi
yang buatkan, setiap nafas yang kau hembuskan, selalu tersirat kalau kau sangat
menintaiku.
NENEK
Lalu?
KAKEK
Anak.
NENEK
Ya Tuhan suamiku. Saya
hampir melupakan hal yang satu itu. Suamiku, tapi kita sudah pernah beranak.
KAKEK
Kau sebut mereka anak
kita? Apa kau sedang sakit?
NENEK
Sampai kapan kau bisa
berdamai dengan masa lalu?
(terdengar seperti
suara orang jatuh)
NENEK
Suamiku, itu suara apa?
KAKEK
Sepertinya ada yang
jatuh.
NENEK
Ayo kita lihat
(melihat ke lokasi)
NENEK
Siapa gadis itu?
KAKEK
Sepertinya dia bukan
orang sini.
NENEK
Tubuhnya lemah sekali.
KAKEK
Ayo bantu angkat.
(didalam rumah)
KAKEK
Apakah ini hadiah dari
Tuhan untuk kita?
NENEK
Apa kamu masih berharap
seorang anak suamiku?
KAKEK
Sangat berharap.
NENEK
Anak ini sepertinya
bukan gelandangan. Dari segi pakaiannya dan kulitnya, dia bukan keluarrga
sembarangan
KAKEK
Benar istriku. Lalu
mengapa dia bisa masuk tempat terpencil seperti ini.
NENEK
Mungkin anak ini tidak
tahu jalan pulang.
(Ratna bangun)
NENEK
Suamiku, dia sudah
sadar
KAKEK
Syukurlah.
RATNA
Saya ada dimana?
NENEK
Kamu ada di tempat yang
aman.
RATNA
Kalian siapa?
(kakek dan nenek saling
bertatapan)
RATNA
(bangkit) sepertinya
saya harus pergi sekarang, terimakasih telah menolong saya.
NENEK
Hei anak muda,
sebenarnya kau ini siapa?
KAKEK
Iya, anak muda duduklah
dulu dan minum teh. Istriku, ayo buatkan the.
NENEK
Iya suamiku.
KAKEK
Ayo duduk anak muda,
biar kakek bantu.
RATNA
Terimakasih, Kek.
KAKEK
Kamu ini darimana?
RATNA
Saya tidak dari
mana-mana.
KAKEK
Lalu kenapa kamu bisa
sampai ketempat ini?
RATNA
Saya hanya sedang
mencari diri saya yang hilang.
KAKEK
Kamu sedang disantet?
RATNA
Oh, tidak… tidak… saya
hanya merasa ada yang kurang dalam hidup saya ini.
NENEK
Ayo diminum dulu
tehnya, pasti kamu haus sekali.
RATNA
Terimakasih, Nek.
NENEK
Ayo ceritakan apa yang
terjadi padamu sehingga kau datang kemari.
RATNA
Saya tak mampu
menceritakannya.
KAKEK
Ayo ceritakan saja,
anggap kami adalah kalurgamu.
RATNA
Suatu permintaan yang
sangat sulit.
NENEK
Maafkan nenek apabila
terlalu memintamu untuk menceritakan masalahmu.
RATNA
Itu masalah saya.
(kakek dan nenek
berhadapan)
KAKEK
Apa?
RATNA
Suatu permintaan yang
sangat sulit.
NENEK
Ha… saya baru mengerti
suamiku.
KAKEK
Apa?
NENEK
Gadis ini sedang
mengalami kegalauan. Ada suatu permintaan. Apa itu dari kekasihmu?
RATNA
Bukan.
KAKEK
Apa kami diajak untuk
menikah?
RATNA
Sejenis itu.
NENEK
Kamu adalah wanita yang
beruntung. Siapa laki-laki yang mengajakmu menikah?
RATNA
Saya tidak diajak
menikah.
(kakek dan nenek saling
berpandangan)
NENEK
DAN KAKEK
Lalu?
RATNA
Permintaan itu terlalu
memberatkan saya. Ayah saya sedang sakit. Dan dia menginginkan salah satu dari
anaknya menikah. Kakak saya laki-laki..
NENEK
Lalu?
KAKEK
Bisakah kau tidak
memotong pembicaraan istriku? Dia sedang akan menceritakan klimaksnya.
RATNA
Kakak saya adalah
seorang suklabrahmacari. Jadi mana mungkin ia menikah. Jadi pasti saya yang
harus mewujudkan keinginan ayah.
KAKEK
Berapa umurmu, Nak?
RATNA
18 tahun, cukup untuk
menikah.
NENEK
Lalu apa masalahnya?
RATNA
Saya belum siap.
KAKEK
Kalau begitu siapkan
hatimu.
NENEK
Apa yang mengganjal?
RATNA
Saya hanya ingin
belajar dan belajar. Sapa tahu dengan saya belajar saya dapat menyembuhkan ayah
saya.
NENEK
Kau adalah penghayal
besar yang pernah saya temui.
KAKEK
Itu tidak masuk akal.
Kau masih bisa belajar ketika kau menikah. Makadari itu, kau harus mencari
suami yang bisa mengerti kamu apa adanya.
NENEK
Menjadi ibu rumah
tangga adalah pekerjaan yang amat sangat mulia. Dibutuhkan orang yang pintar
seperti kamu. Jadi kamu jangan takut
untuk menikah.
KAKEK
Memenuhi permintaan
orang tua lebih-lebih orang tua yang sedang sakit, itu adalah pekerejaan yang
teramat mulia. Menyelamatkan seorang ayah yang sedang jatuh sakit sama dengan
menyelamatkan ribuan manusia dimuka bumi ini. Pikirkan baik-baik anakku. Ayahmu
mengorbankan banyak hal untukmu, masa untuk berkorban ini saja kau tidak mampu.
Apa kau mau mengorbankan kakakmu sendiri yang seorang suklabrahmacari? Itu
konyol namanya.
NENEK
Kau yang paling mampu
untuk memenuhi permintaan ayahmu. jadi jangan pernah ragu. Ingat menjadi ibu
rumah tangga dibutuhkan orang pintar dank au masi bisa belajar apa saja,
segalanya! Bahkan kau masi bisa menjadi tabib.
KAKEK
Pikirkan baik-baik
anakku.
***
(mereka bertemu di kegalauan mereka masing-masing. Tempat paling suram yang ada di alam)
(mereka bertemu di kegalauan mereka masing-masing. Tempat paling suram yang ada di alam)
RATNA
Saya ingin sekali
memutuskan
ADIPATI
Saya juga ingin
memutuskan.
RATNA
Saya rasa keputusan
saya sudah tepat
ADIPATI
Keputusan saya sangat
tepat.
RATNA
Dia telah mengorbankan
segalanya.
ADIPATI
Dia telah menyerahkan
hidupnya.
RATNA
Menggantikan posisi
ibu.
ADIPATI
Dia berperilaku sebagai
ibu.
RATNA
Juga sekaligus ayah.
ADIPATI
Aku akan mengorbankan
RATNA
Mengorbankan apa yang
seharusnya saya korbakan.
ADIPATI
Saya tidak mau ayah
saya terhukum akibat ulah saya
RATNA
Saya tak ingin ia mati
sia-sia
ADIPATI
Dia ayah saya
RATNA
Dia ayah saya.
ADIPATI
Saya mantapkan hati
ini.
RATNA
Saya akan lebih
memantapkannya.
ADIPATI
Saya
RATNA
Akan
ADIPATI
Menuruti permintaan
ayah.
RATNA
Apa kau yakin?
ADIPATI
Apa kau yakin?
RATNA
Saya (penuh keraguan)
saya…
ADIPATI
Saya melihat keraguan
di matamu.
RATNA
Hal yang sama juga saya
lihat di mata kakak.
ADIPATI
Apa kita telah
terpaksa?
RATNA
Tidak! Saya tidak
merasa terpaksa. Ini kewajiban dan hak ayah.
ADIPATI
Haruskah?
RATNA
Harus?
ADIPATI
(menarik nafas) saya
yakin!
RATNA
Ada keraguan.
ADIPATI
Sudah mantapkah?
RATNA
(menarik nafas) saya,
yakin!
***
(Ayah terbaring lemas,
kondisinya semakin parah. Adipati ada disebelahnya)
AYAH
Adipati..
ADIPATI
Iya ayah.
AYAH
Ratna sudah pulang?
ADIPATI
Dia akan pulang.
AYAH
Ayah ingin menemuinya.
ADIPATI
Ayah akan bertemu
denganya.
AYAH
Dihadapan ayah sekarang
ada dua malaikat.
ADIPATI
Katakan pada mereka
ayah masih kuat.
AYAH
Mungkin ayah bisa
berkata, tapi Tuhan telah berkata lain. Gusti ampunilah, saya tak mampu
menjalankan amanah-Mu.
ADIPATI
Ayah, saya ingin
mengatakan sesuatu.
AYAH
Apa itu?
ADIPATI
Tapi saya boleh minta
pada ayah?
AYAH
Apapun.
ADIPATI
Saya minta ayah tetap
hidup sampai anak pertama saya lahir.
AYAH
Lahir?
ADIPATI
Saya akan menikah dalam
waktu dekat ini.
AYAH
Menikah?
(tiba-tiba Ratna
datang)
RATNA
Tidak, saya yang akan
menikah!
ADIPATI
Ratna!
RATNA
Kakak, jangan korbakan
dirimu! Biar saya saja yang menanggu semua ini!
ADIPATI
Kau masi terlalu muda,
lanjutkan…
RATNA
Tidak! Tak ada alasan
lagi saya harus bersembunyi, menyembunyikan diri saya pada kemunafikan. Wanita
selamanya adalah pelayan bagi keluarganya dan itu adalah pekerjaan yang paling
mulia. Lebih-lebih ayah sangat menginginkannya. (menggennggam erat tangan
ayahnya) ayah akan menikah. Saya akan melakukannya.
ADIPATI
Ratna. Kau…
RATNA
Yang ayah perlu lakukan
sekarang adalah kuat, kuat seperti ketika ayah masih berdiri tegak diantara
orang-orang yang selalu membanggakan ayah. Sama ketika ayah masih memberikan
pidato-pidato di alun-alun kota.
ADIPATI
Ayah, saya yang akan
menikah! Saya akan melakukannya untuk ayah. Ayah percayalah….
AYAH
(tersenyum) semua
begitu menyayangi ayah. Hari ini ayah merasa sangat bahagia. Amat sangat
bahagia.
ADIPATI
Ayah saya akan menikah
seperti cita-cita ayah.
RATNA
Dan saya akan
mewujudkan permintaan ayah.
AYAH
Angin hari ini begitu
menghangatkan jiwa saya. (senyum)
ADIPATI
Ayah harus tetap hidup,
rasakan betapa bahagianya hidup ini.
AYAH
Ayah merasakan
bagaimana nikmatnya hidup. Terakhir kali.
ADIPATI
Ayah akan menimang
seorang cucu.
AYAH
Malaikat, sekarang saya
sudah merasa bahagia. Tolong bawa saya pergi.
RATNA
Ayah…
AYAH
Dunia ini tempat
mercari bahagia, tapi bukan maya.
RATNA
Ayah, bahagia ayah
bahagia kami juga. Bertahan.
AYAH
Tak ada yang mampu
menahan saya lagi. (memejamkan mata)
RATNA
Ayah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
***
(di pesisir pantai,
Ratna mengantarkan ayahnya pergi. Lalu ia menuju Adipati yang berdiri tegak di
pinggir)
RATNA
Langit hari ini begitu muram.
ADIPATI
Kau salah, dia sedang
tersenyum pada kita.
RATNA
Apa yang kau lakukan
setelah ini?
ADIPATI
Yang pasti saya tidak
akan menikah.
RATNA
Saya?
ADIPATI
Tanya hatimu.
RATNA
Saya merasa saya hanya
mencintai kau dan ayah.
ADIPATI
Ibu?
RATNA
Dan ibu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar