Kemarin aku mendapat
jawaban dari Tuhan tentang berartinya sebuah angka bernama sepuluh. Sebuah angka
yang bisa mengubah kehidupanmu seketika. Angka yang bisa membuatmu tersenyum
lebar atau malah sebaliknya, kecewa berkepanjangan hingga saat kamu jalan-jalan,
angka sepuluh itu masih berkutat dalam otakmu. Sepuluh, mungkin itu angka yang
sangat besar dalam skala sepuluh. Tapi coba bila kita tambahkan kata persen
dibelakangnya, apa arti kata sepuluh? Besar atau sangat kecil?
Berbicara tentang
sepuluh aku jadi ingat perbincangan dengan seorang teman di CC Barat kampus
tentang sepuluh persen itu. Katanya, dalam sepuluh persen itu ada 10 apel jadi
masing-masing apel berharga satu persen, jadi buat apa kamu memikirkan 1 apel
besok? Begitu katanya padaku ketika aku memikirkan sebuah apel dalam sepuluh
persen itu. Pikiran aku berubah saat itu. Aku tak menghiraukan lagi tentang
apel atau sebagainya yang berkaitan dengan sepuluh persen itu.
Hampir setahun aku di
kampus ini, aku masih saja tak memikirkan sepuluh persen itu. Aku menganggapnya
sebagai hal yang tak patut dipikirkan. Bahkan ada teman lain yang mengubah kata
“sepuluh persen” menjadi “sepuluh milligram”. Aku semakin meyakini bahwa
sepuluh persen memang sepuluh milligram. Namun hal itu seketika berubah ketika
aku melihat kenyataan dari seorang sahabat dan juga dari aku sendiri.
Oke, yang pertama
adalah kisah sepuluh persen dari sahabatku. Sepuluh persen miliknya adalah 66
yang berarti 6,6 dari nilai total seratus. Apa artinya? Ia kurang poin sebanyak
3 untuk mencapai sebuah indeks yang didewakan setiap umat di kampus ini.
Yang kedua adalah kisah
sepuluh persen yang aku alami sendiri. Sepuluh persen milikku adalah 56 yang
berarti 5,6. Aku kurang poin sebanyak 3 untuk mencapai sebuah indeks yang juga
didewakan setiap mahasiswa untuk berdiri di Sabuga sana. Hahah… 5,6 itu aku
dapatkan dari apel-apel yang aku sia-siakan dalam satu semester ini. Setelah dipikir-pikir,
90 % sisanya adalah nilai yang indeksnya sangat didewakan oleh semua umat dan
aku menghancurkan indeks dewa untukku dan turun satu peringkat dibawah seorang
dewa karena tak mau makan apel.
Aku menyesal? Bisa jadi!
Sangat menyesal mungkin. Tapi justru aku berterimakasih pada Tuhan atas hadiah
sepuluh persen yang “sia-sia”. Aku bisa belajar bagaimana cara meghargai
sesuatu yang kecil. Bagaimana aku bisa bersyukur atas kesedihan yang aku
dapatkan dan juga aku belajar bahwa dunia ini bukan langit saja.
“Hargai sepuluh persen dalam hidupmu apabila ingin dunia mengangkat
derajatmu”
Tulisanmu dalem banget nim, aku baca beberapa kali dan masih tidak mengerti
BalasHapustentang mahasiswa coiii.. harus ngerti :P
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus10% yang sia-sia untuk sebuah nilai ? km menyesal ? km nggak mau menyia-nyiakan 10% itu lagi di kesempatan lain ?
BalasHapussejatinya kita harus menghargai setiap bagian kecil dari hidup kita :)
Hapushadeh 10 persen tapi mengorbankan 90 persen waktu yang kita miliki yang harusnya waktu itu digunakan untuk 90 persen nya, jadi pilih mana ?
BalasHapuslakukan yang terbaik :)
Hapuskik ente punya blog?
HapusI dont even understand what are you talking about. So hard to understand. hahahaha
BalasHapusPlease check my blog : cheesesweety.blogspot.com .Thankyouu..wakakakkaa
BalasHapusand my tumblr http://dessyrahayu.tumblr.com/
BalasHapuspasti kalkulus ini ya? wkwkkw
BalasHapussemangaaaat teruuus yaa~