Entri Populer

Jumat, 16 Mei 2014

Aku Rindu Berbagi

Malam ini, aku kembali dilanda insom berkepanjangan. Tadi aku sempat berbincang dengan teman-temanku masalah kami di kampus hingga flashback ke masa SMA. Dari cerita itu timbul kesedihan yang mendalam prihal kisah cinta SMA ku yang sampai sekarang tidak ada habisnya. Aku memutuskan untuk mencari hiburan lain yaitu menonton youtube sambil chatting dengan kakak tingkat dan sahabatku saat SMA yang kini kuliah di Surabaya. Selagi belayar di dunia maya, aku juga mengintip twitter-ku, siapa tahu ada pemberitahuan baru. Aku juga beberapa kali menulis pikiranku dalam kolom twitter tentang pandanganku tentang kehidupan. Salah satunya adalah “apabila dunia tidak berpihak padamu, katakan padanya “aku masih ingin melihat senjamu”. Aku memang orang yang suka mengungkapkan perasaan melalui rangkaian kata indah. Maklum sejak SMP, aku dididik untuk menjadi seorang penyair (saat SMP aku adalah salah satu peserta club sastra di sekolah).
Setelah sekian lama mengerjakan hal yang tak pasti, aku teringat pada tulisan seorang teman di Anak Bertanya. Lalu, tiba-tiba aku menemukan kumpulan pertanyaan dari anak-anak SOS Bantas di Tabanan. Salah satu pertanyaan yang paling menggelitikku untuk menuliskan ini semua adalah, “Mengapa Matahari panas sekali?” seketika aku teringat dengan kegiatan bakti sosial yang aku ikuti bersama Komunitas teaterku saat SMA. Kebetulan saat itu kakakku memintaku untuk share tentang matahari. Kebetulan saat SMA aku sangat freak dengan astronomi, jadi kakakku itu memintaku untuk membagi sedikit ilmuku pada anak-anak di Lovina. Sehari sebelum bakti sosial, aku dan kakakku yang bernama Mbok Yas pergi keluar untuk mencari hadiah untuk anak-anak di Lovina. Aku membelikan mereka sebuah poster yang isinya tentang matahari. Aku sangat bersyukur karena aku menemukan poster tersebut.
Singkat cerita, aku dan kawan-kawan teater menuju Lovina. Di sana kami bertemu dengan bli Pande yang kebetulan teman dari Mbok Yas. Bli Pande adalah seorang pemerhati. Dia pendiri Komunitas Anak Alam dan aku sangat kagum padanya. Di sana aku juga bertemu seorang teman baru bernama Indra dari SMAN 4 Denpasar. Dia merupakan anggota sispala di sekolahnya dan sangat aktif di Komunitas Anak Alam. Di pantai yang indah itu, aku juga bertemu dengan anak-anak yang akan aku ajak berinteraksi. Mereka adalah anak-anak Lovina yang kerjanya adalah berjualan kalung-kalung dan aksesoris lainnya. Melihat mereka aku menjadi sedih. Tak pernah aku membayangkan jika posisi mereka digantikan olehku. Kesedihan itu pun berujung pada rasa syukur yang mendalam atas karunia Hyang Widhi, Tuhanku yang selalu menyayangiku tanpa batas.
Oke aku lupa setelah itu bagaimana yang pasti di sela-sela kegiatan itu aku membagi ilmuku tentang matahari. Semua materi yang aku persiapkan langsung buyar melihat mereka. Tak mungkin dong aku menjelaskan tentang reaksi matahari atau tentang siklus matahari pada meraka. Seketika aku bingung bagaimana menjelaskan dengan baik agar mereka mengeri. Aku tentang dan mulai berbicara. Aku ingat, pertama kali aku bertanya pada mereka, “Kalian tahu apa itu matahari?” tanyaku dengan gaya yang super lebay dan sok kocak. Mereka pun dengan semangat menjawab pertanyaanku. Aku lupa jawabannya seperti apa, yang pasti mereka sangat antusias! Seketika rasa nervous langsung lenyap ditelan badai. Dengan semangat 45 aku langsung beraksi dengan penjelasan-penjelasan sederhana. Yang paling aku ingat dari aksiku adalah aku menyebutkan sesuatu yang sangat sulit, “definisi”. Mbok Yas langsung teriak, “Woii kesusahan!” lalu dengan santai aku mengubahkan itu. Aku lupa menggantinya dengan apa. Hahahah… salah satu dari mereka bertanya, “Kak, matahari deket nggak sih?” Dengan ekspresi maksimal aku jelaskan kalau matahari itu jauh banget. Lalu dia bertanya lagi, “Lebih jauh dari Singaraja ke Lovina?”. Dengan gaya yang lebih lebay lagi, aku menjelaskan jauh banget.
Aku terus menjelaskan dengan pengetahuan yang sederhana. Aku melihat mereka banyak yang antusias. Disela-sela itu aku juga sempat bertanya apa cita-cita mereka, ternyata ada yang ingin jadi dokter! Kata Bli Pande, anak itu ranking 1 di kelasnya dan sangat menginginkan punya sepeda. Aku langsung sedih mendengarnya. Aku selalu merengek minta dibelikan sesuatu dan harus dipenuhi! Tapi hari itu aku melihat kenyataan kalau masih ada anak yang sabar menanti keinginannya dipenuhi. Aku merasa berdosa dengan papa di rumah. Diakhir acara aku memberikan hadiah yang aku persiapkan kemaren yaitu poster matahari!


Mengingat moment tersebut, hatiku kembali terketut untuk berbagi dunia lagi. Tadi sore, ketika aku berbincang dengan teman-teman kost, aku menyebutkan bahwa kebahagiaanku adalah ketika melihat transkip nilaiku bagus. Sekarang semua itu terkesan tak ada apa-apanya, semua terasa tersingkir ketika kata “berbagi” ada disela-sela keegoisan dan kesombongan diri. Aku ingin menemukan kebahagiaanku dengan cara membagi duniaku dengan semua orang yang membutuhkan. Tidak lagi untuk nafsu, tidak sama sekali. Aku rindu berbagi, Tuhan. 

Tulisan ini aku persembahkan untuk Tuhan, keluargaku di rumah, Kontras, Komunitas Anak Alam Bali, adik-adikku tersayang di Lovina, dan sahabat-sahabat yang senantiasa berbagi. Terima kasih telah menginspirasi 


Dokumentasi
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar