Sebuah nama sederhana pemberian seorang
tak dikenal terlukis sebuah titik di langit selatan. Ya.. dia Hadar. Sebuah fiksi
yang aku buat untuk menutupi sebuah kerinduan yang mendalam untuk seseorang. Dia
hanya bisa dirasakan, dihayati keberadaannya melalui jiwa yang tulus. Dia memang
fiksi, namun begitu nyata ketika dilihat melalui celah hati.
Sejatinya hadar adalah sebuah
bintang di rasi Centaurus (β centauri). ia merupakan bintang raksasa berwarna
biru yang memiliki kecerlangan 0,61 dan bintang terterang kesepuluh di langit. Jarak
525 tahun cahaya dari Bumi.
Aku memang sangat menyukai
bintang. Apalagi hari ini aku pulang ke rumah di Bali dan banyak melihat
bintang. Dan salah satu bintang yang aku lihat mala mini adalah Hadar. Alangkah
bahagianya aku dapat melihatnya. Di Bandung, aku sangat susah melihat bintang,
terlebih melihat Hadar. Perasaanku saat melihat Hadar di suatu malam di Kembang
adalah bahagia. Tak ada kata lain selain bahagia. Bahagianya adalah menikmati
rasa kerinduan yang tak tersampaikan kepada “Pemilik Hadar” sendiri, namun bisa
aku curahkan pada malam itu. Mungkin saja aku bisa menghubungi Hadar dalam
tanda kutip tersebut. Tapi buat apa? Aku terlalu takut untuk memasrahkan semua.
Aku takut bila aku melakukannya semakin banyak berita duka yang bawa ke kamar
sebelahku. Takut kalau nantinya aku tak bisa menjalani hidupku sebagai manusia
normal.
Untuk terakhir kalinya, aku katakan
Hadar itu adalah fiksi yang nyata. Ia tak berwujud, dia pesan, dia puisi, dia
rasa, dia sayang tapi belum ingin menyebutnya sebagai cinta walau kadang
perasaan ini menuju ke arahnya. Dia nyata karena dia sebuah bintang. Dia ada
tapi bersembunyi di balik sebuah nama, Hadar.
tertulis untuk Hadar. Salam dari langit Tabanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar