Nikmatnya Belajar di TPB
TPB.. semua insan
muda ITB pasti mengenal hal ini. Ada yang bilang TPB itu Tahap Paling Bahagia,
Tahap Penyiksaan Batin, dan berbagai macam tahap yang setelah itu diawalin
dengan huruf “P” dan “B” yang intinya kalau disingkat jadi TPB. Sebenarnya sih
kalau dari pihak ITB sendiri TPB adalah Tahap Persiapan Bersama. Jadi TPB ini
sangat berguna untuk mempersiapkan mahasiswa ITB untuk menghadapi jejak-jejak
selanjutnya. Hari ini adalah hari terakhir ujian TPB (tepatnya nanti pagi jam
10). Maka dari iyu aku ingin banget share pengalaman, perasaan, kenangan dan
segalanya tentang masa TPB. Hahahah…. Ya kalau agak alay ya mohon dimaklumi ya.
Soalnya yang nulis beum sepenuhnya mahasiswa, kan masih TPB (kalau kata
dosen-dosen dan kakak tingkat, TPB itu kaya SMA kelas 4).
Mungkin dimulai
dari nikmatnya belajar di ITB kali ya. Okay, pertama kali aku masuk kelas
adalah kelas dari Pak Pepen yang membawakan mata kuliah Fisika. Pertama-tama
nggak langsung belajar kok. Kalau nggak salah waktu itu kami dibagikan silabus
tentang mata kuliah fisika. Setelah mata kuliah Fisika ada mata kuliah Kimia
dan mata kuliah ini adalah mata kuliah yang paling menegangkan selama
kehidupanku di TPB. Beliau bernama Pak Rukman, dari penampilannya mungkin
pertama-tama kita akan mengira beliau sangat galak atau istilah lainnya yang
membuat kita takut bahkan sangat takut kepada beliau. Tapi percayalah, kalau
kalian menyimak tulisan ini dengan benar, kalian akan menemukan sisi lain dari
Pak Rukman dan bahkan beliau adalah dosen favorit aku.
Hari-hari
setelah itu aku jalani dengan biasa-biasa saja. Jarang ada tugas, jarang
begadang seperti mahasiswa kebanyakan. Semua aku lalui dengan santainya. Sampai
akhirnya aku UTS MaFiKi (matematika, fisika dan kimia). Okay kita ulas satu
persatu tentang UTS. Jujur aku kalah strategi. Saat UTS aku hanya belajar soal
UTS tahun lalu dan catatan yang diberikan oleh dosen. Aku sama sekali tak
pernah membaca buku pegangan yang disarankan. UTS Fisika, aku sama sekali tak
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Aku kacau sekacau-kacaunya. Aku tak
pernah begini sebelumnya. Padahal, Fisika adalah salah satu pelajaran yang aku
sukai. Aku jatuh di UTS Fisika. Yang kedua adalah Matematika dan di UTS ini,
aku lebih sekarat lagi. Untuk bagian A soal matematika, aku menjawabnya dengan lancer.
Namun ketika masuk ke soal B, aku kacau sekacau-kacaunya. Setelah UTS, aku
menangis dikamar. Aku frustasi dan bahkan aku mengatakan aku nggak kuat kuliah
di ITB. Akhirnya untuk menenangkan diri, aku menelepon sahabatku di Depok,
Anjas. Aku menumpahkan emosiku padanya. Aku menangis di telpon. Aku benar-benar
menangis. Dia berusaha nenangin aku, tapi aku tetap menangis. Setelah menelepon,
aku langsung tidur. Kata teman sekamarku, tidurku nggak tenang. Setelah melihat
UTS Fisika dan Matematika yang kacau, aku berusaha untuk move on dari kegagalan saat UTS. Untuk UTS Kimia, aku benar-benar
berusaha dengan baik. Sehingga saat test berlangsung, aku mengerjakan dengan
percaya diri dan ketika keluar ruangan aku tersenyum dengan sangat lebar.
Oke itu
kira-kira yang aku ingat dari pengalaman semester satu. Buat nilai nggak usah
dibahas ya. Itu tabu dibicarakan dikalangan ITB. Hahaaaa.. lanjut!
Semester dua,
nggak ada yang berubah dari semester 1. Pak Rukman masih mengajar kami, kelas
kami masih di TVST (FMIPA), kami masih kuliah jam 7 dan masih tetap ada kuliah
MaFiKi. Mungkin yang berubah hanya beberapa mata kuliah baru dan dosen matematika
dan fisika yang diganti. Selain itu, semangat belajarku juga lebih tinggi disbanding
semester 1. Okay, tadi aku bilang kalau kalian membaca tulisan ini dengan baik
kalian akan tahu sisi lain dari beliau. Seperti yang aku katakan di awal, Pak
Rukman adalah orang yang dapat membuat kalian tegang selama kuliah. Benar saja,
setiap kuliah kimia tak ada yang berani cari gara-gara. Kalau sampai ada nih,
pasti kena batunya. Sudah ada kok beberapa korbannya. Puncak dari ketakutan
kami adalah ketika tugas kurva titrasi. Pak Rukman sangat marah karena tak ada
satupun tugas kami yang benar. Semua tugas
yang telah dikumpulkan dilempar! Aku sedih sekali saat itu. Namun percaya atau
tidak, bagaikan film yang sehabis klimaks dilanjutkan ending yang bahagia, Pak
Rukman luluh setelah itu. Beliau sangat perhatian pada kami. Beliau lebih
banyak tersenyum dan mengajak kami bercanda. Setiap kuliah, Bapak selalu member
wejangan pada kami, baik itu tentang kehidupan mahasiswa dan kadang-kadang soal
cinta. Hahahah… yang paling aku ingat adalah ketika Bapak bilang kalau saat
yang tepat cari jodoh adalah saat TPB karena tidak banyak pertimbangan. Langsung
saja tuh aku praktekan, ya tapi hanya wacana dimulut saja.
Banyak hal yang
membuat aku sangat menghormati beliau. Secara tidak langsung, beliau menjadi
motivator handal dalam mata kuliah kimia. Hal itu terbukti dari pencapaianku di
kimia. Walau hasilnya tak pernah menyentuh angka 8, tapi nilaiku lumayanlah. Selain
itu cara mengajar dan mendidik kami juga sangat baik. Dibalik sikapnya yang
kadang keras, tapi dibalik itu semua ada kasih akung yang melimpah. Bapak hanya
ingin melihat kami menjadi mahasiswa yang kelak akan menjadi orang yang
berguna. Aku sangat menghormati Pak Rukman dan berupaya agar beliau tidak
kecewa melihat nilai UTSku.
Ya mungkin dari
nikmatnya belajar di ITB hanya itu yang bisa aku jelaskan. Intinya kalau mau
nilai bagus itu perlu perjuangan ekstra dan nggak bisa main-main. TPB
mengajarkanku agar selalu kuat dan senantiasa selalu belajar dan belajar. TPB
juga mengajarkan bagaimana survive sebelum nantinya menginjak materi-materi
yang berkali-kali lipat lebih susah di jurusan. Aku yakin, nggak semua
temen-temen TPB ngerasain apa yang aku rasa. Intinya semua punya ceritanya
masing-masing tentang belajar saat TPB. Mungkin adanya suka atau tidak. Tapi satu
yang harus dilakukan semua umat TPB yaitu bersyukur dengan adanya TPB. Setidaknya
kalau yang enjoy menjalaninya akan merasa banyak dapat ilmu baru dan bagi yang
tidak suka setidaknya dapat belajar lebih sabar untuk masuk penjurusan.
Oke, tunggu part berikutnya ya!
:)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussaya Rifky Fauzan, mahasiswa baru TPB 2017, ingin minta tips atau saran gimana kita bangkit dari UTS 1, biar kedepannya bisa lebih baik, dan lulus TPB tepat waktu tanpa ngulang? Terimakasih
BalasHapus